Dari atmosfer yang penuh dengan badai
sampai lempeng pelat tektonik yang selalu bergeser, Bumi dapat menjadi
tempat yang sangat berbahaya bagi manusia. Gempa bumi,
banjir dan bencana alam lainnya telah menewaskan hampir 1 juta jiwa
pada setiap tahunnya, menurut UN International Strategy for Disaster
Reduction Secretariat. Jutaan orang lainnya terluka atau mengungsi dari
rumah mereka. Tidak ada yang tahu dimana bencana berikutnya akan
terjadi, tapi ada beberapa daerah yang lebih rawan terkena dampak
bencana dibanding tempat lainnya. Berikut 7 tempat yang paling berbahaya
dan rawan terjadi bencana di dunia.
1. Jawa dan Sumatera, Indonesia
Kedua pulau di Indonesia ini mungkin
adalah tempat yang menghadapi jenis ancaman bencana alam yang paling
banyak daripada tempat lain di dunia. Kekeringan, banjir, gempa bumi,
tanah longsor, letusan gunung berapi
dan tsunami mengancam seluruh wilayah Indonesia, dan Jawa dan Sumatra
memiliki risiko yang paling tinggi, menurut Center for Hazards and Risk
Research di Columbia University.
Bencana yang paling terkenal yang
melanda Indonesia adalah tsunami Samudera Hindia pada tahun 2004, yang
diperkirakan menewaskan sekitar 227.898 orang setelah gempa dengan
kekuatan 9,1 skala Richter memicu terjadinya gelombang besar. Indonesia
menderita kerusakan paling parah di antara negara-negara lainnya yang
terkena dampak di Asia Tenggara, dengan lebih dari 130.000 orang
dinyatakan meninggal.
Tapi bencana yang lebih kecil dapat
menyebabkan penderitaan terus menerus. Antara tahun 1907 dan 2004
(sebelum tsunami), kekeringan telah menewaskan 9.329 orang Indonesia,
menurut kelompok Universitas Columbia. Letusan gunung berapi telah
menewaskan 17.945 orang pada periode waktu yang sama, dan gempa bumi
telah menewaskan 21.856 orang.
Salah satu letusan gunung berapi yang
paling terkenal dalam sejarah, yaitu letusan gunung berapi Krakatau,
terjadi di Selat Sunda, yang terletak antara pulau Jawa dan Sumatra. Dan
belum lama ini, banjir telah membuat ribuan orang di seluruh Indonesia
mengungsi dari rumah mereka, belum lagi tanah longsor yang biasa terjadi
ketika musim penghujan.
2. Istanbul, Turki
Tidak ada yang tahu pasti kapan Patahan
Utara Anatolia akan melepaskan kekuatannya, tapi satu hal yang pasti,
patahan ini akan melepaskan kekuatannya. Gempa yang dihasilkan bisa
menjadi berita sangat buruk bagi 12,8 juta orang yang tinggal di
Istanbul. Untuk seabad yang lalu, gempa bumi di Patahan Anatolia Utara
di utara Turki merayap ke arah barat. Gempa besar terakhir terjadi pada
tahun 1999, ketika sebuah gempa bumi dengan kekuatan 7,6 skala Richter
menghancurkan kota Izmit. Jumlah resmi korban tewas sekitar 17.000
orang, tetapi perkiraan tahun 2004 oleh peneliti dari University of
Brasilia, Vasile Marza, memperkirakan bahwa angka korban tewas mencapai
45.000 orang.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa gempa
selanjutnya akan lebih jauh ke barat, tepat di sebelah selatan Istanbul.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada Januari 2010 yang diterbitkan
dalam jurnal Nature Geosciences menemukan bahwa ketegangan sepanjang
patahan ini bisa memicu beberapa gempa kecil sampai sedang, atau bisa
dilepaskan sekaligus dalam bentuk gempa besar. Pada bulan Maret, ahli
geofisika USGS Tom Parsons mengatakan kepada bahwa kemungkinan Istanbul
terkena gempa berkekuatan 7 skala Richter atau lebih dalam 25 tahun
mendatang adalah antara 30 sampai 60 persen.
3. Guatemala
Amerika Tengah akan terkena tiga ancaman
bencana alam yaitu gempa bumi, badai dan longsor. Seiring dengan pantai
barat Amerika Utara dan Selatan, Amerika Tengah terletak pada Cincin
Api, lengkungan seismik aktif yang mengelilingi Samudera Pasifik.
Guatemala tidak satu-satunya negara yang akan terpengaruh, tapi negara
ini sudah mengalami bencana yang cukup parah. Pada tahun 1976, sebuah
gempa bumi dengan kekuatan 7,5 skala Richter menewaskan 23.000 orang.
Dan karena medan pegunungan yang ada di negara itu, tanah longsor
menghambat upaya transportasi dan penyelamatan para korban.
Kombinasi topografi dan cuaca dapat
mematikan juga. Hujan lebat dapat menjenuhkan lereng bukit, menyebabkan
tanah longsor yang sangat menghancurkan. Pada tahun 2005, sisa-sisa
Badai Stan merendam Guatemala, El Salvador dan Meksiko selatan,
menyebabkan lebih dari 900 tanah longsor. Desa Panabaj dinyatakan
terkubur sepenuhnya dan dinyatakan menjadi sebuah pekuburan masal
setelah para pihak berwenang menyerah menggali 300 orang yang hilang.
Jumlah korban tewas yang tepat tidak diketahui, tetapi beberapa
perkiraan menunjukkan bahwa hingga 2.000 orang kehilangan nyawanya
karena bencana ini.
4. Wilayah Sahel Afrika
Kekeringan sering tidak mendapatkan
perhatian sebanyak bencana alam lainnya, tetapi dapat menjadi pembunuh
yang sangat menakutkan. Menurut Program Lingkungan PBB, lebih dari
100.000 orang meninggal karena kekeringan di wilayah Sahel Afrika sejak
tahun 1972 sampai 1984. 750.000 orang lainnya tidak dapat menanam
tanaman pangan mereka sendiri dan benar-benar tergantung pada bantuan
pangan.
Wilayah kering Sahel berbatasan dengan
Gurun Sahara, dan membentang sepanjang Afrika utara melalui Mauritania,
Senegal, Mali, Niger, Burkina Faso, Nigeria, Chad, Sudan, Aljazair,
Ethiopia dan Eritrea. Menurut PBB, eksploitasi manusia terhadap wilayah
dengan air yang terbatas di daerah itu akan menyebabkan proses
penggurunan, yang dapat meningkatkan risiko kekeringan dan kelaparan di
masa depan.
5. Miami, Florida
Tidak ada yang bisa memprediksi dimana
badai berikutnya akan terjadi, tetapi Florida selatan adalah tempat yang
hampir selalu akan dilanda badai. Survei Geologi AS memperkirakan bahwa
di ujung selatan Florida bisa terjadi lebih dari 60 badai selama
periode 100 tahun. Dan pada tahun 2008, perusahaan SustainLane
memberikan predikat kepada kota Miami sebagai kota yang paling berisiko
terkena bencana alam di Amerika Serikat.
Badai yang merusak di Miami dan Florida
Keys bukanlah hal yang baru. Pada tahun 1926, Badai Besar Miami
menghancurkan dan merusak setiap bangunan di pusat kota Miami dan
menewaskan sedikitnya 373 orang, menurut Palang Merah setempat. Kurang
dari 10 tahun kemudian, pada Hari Buruh tahun 1935, badai kembali
menewaskan 408 orang di Florida Keys.
Mungkin badai paling terkenal yang
menghantam Florida selatan adalah badai yang terjadi pada tahun 1992,
yaitu Badai Andrew. Badai Andrew merupakan badai Kategori 4 dengan
kecepatan angin tinggi sehingga badai ini bahkan menghancurkan instrumen
pengukuran badai yang ada. Menurut National Oceanic and Atmospheric
Administration, Badai Andrew menewaskan 23 orang di Amerika Serikat, dan
kerugian diperkirakan mencapai lebih dari 26,5 milyar Dollar AS.
6. Naples, Italia
Pada tahun 79 Masehi, Gunung Vesuvius
meletus, dan mengubur kota kuno Pompeii dan Herculaneum yang berada di
dekatnya. Lebih dari 50 letusan terjadi dan membuat kedua kota tersebut
terkubur dengan abu vulkanik sehingga manusia yang ada di dalamnya pun
tewas seketika dengan cara yang mengerikan. Banyak diantaranya mayat
korban tewas tersebut yang terawetkan dan mengeras karena debu vulkanik
dan menunjukkan betapa mengerikannya bencana tersebut.
Kota Naples terletak di dasar Gunung
Vesuvius ini, dan mungkin ada sampai 650.000 orang yang tinggal di
lerengnya, menurut Guido Bertolaso, kepala badan perlindungan sipil
Italia. Sebuah letusan yang akan terjadi di masa mendatang bisa memaksa
evakuasi lebih dari satu juta orang. Dan Vesuvius bukanlah satu-satunya
gunung berapi aktif yang mengancam daerah berpenduduk padat ini. Laut
Mediterania di lepas pantai Italia dipenuhi dengan gunung berapi. Yang
paling mengkhawatirkan, menurut Bertolaso, adalah pulau wisata Ischia.
Letusan di pulau tersebut bisa mencapai Naples dan bisa menjadi lebih
buruk dari letusan Vesuvius.
7. Danau Nyos, Kamerun
Bencana yang dahsyat dan mematikan
mengintai dari bawah permukaan danau yang terletak di Afrika Barat ini.
Sebuah kantong magma yang berada jauh di bawah danau terus menerus
melepaskan karbon dioksida ke dalam air danau di atasnya. Dengan tekanan
air setinggi 200 meter, karbon dioksida ini tetap dalam keadaan
terlarut, sangat mirip dengan karbonasi dalam minuman bersoda.
Tetapi pada malam tanggal 21 Agustus
1986, air di danau tiba-tiba berbalik, dan karbon dioksida yang terlarut
di dalamnya meledak seperti minuman bersoda yang diguncang.
Awan karbon dioksida yang dihasilkan segera menuruni bukit, membuat
1.700 orang dan ribuan hewan kesulitan bernapas. Dalam jarak 24
kilometer dari lembah di bawah danau, hampir tidak ada satu pun korban
yang selamat.
Hari ini, pipa digunakan untuk menyedot
karbon dioksida dari dasar Danau Nyos. Pipa-pipa ini mencegah penumpukan
karbon dioksida, tetapi itu tidak menjadikan Danau Nyos sepenuhnya
aman, kata George Kling, seorang ahli geokimia dari Universitas Michigan
yang berada di tim yang awalnya menyelidiki bencana tersebut pada tahun
1986.
Related Posts
0 komentar